oleh

DKP Pekanbaru Pastikan Stok Pangan Tetap Aman Selama Banjir

Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Pekanbaru, Maisisco memastikan stok pangan di Kota Pekanbaru masih aman meskipun bencana banjir terjadi beberapa waktu belakangan.

Oleh karenanya, ia menjelaskan, kondisi ketahanan pangan Kota Pekanbaru masih cukup kuat. Walaupun ada fluktuasi harga terhadap beberapa komoditas.

”Sejauh ini, untuk ketersediaan bahan kebutuhan pokok pangan masih cukup baik dan tersedia. Meski pun ada fluktuasi harga. Namun, pada umumnya, apa-apa yang menjadi kebutuhan masyarakat masih tersedia dengan baik,” ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan H. Maisisco saat Dialog Pagi di RRI Pro 2 Pekanbaru dengan temaKondisi Pangan di Kota Pekanbaru di Tengah Kondisi Bencana Banjir dan Longsor, Senin (29/1)

Dia menjelaskan, ketercukupan tersebut bersumber dari dua faktor, yakni produksi lokal maupun didatangkan dari luar kota Pekanbaru.

”Jadi, memang kita ini kan bukan sentra produksi pertanian. Sehingga sebagian besar pangan kita masih didatangkan dari daerah-daerah lain di luar Pekanbaru. Sementara sisanya dipenuhi oleh pertanian lokal,” kata dia.

Untuk hasil produksi lokal, sebut Maisisco, persentasenya berkisar 20-25 persen dari total kebutuhan. Dan sejauh ini, aktivitas penyediaan kebutuhan pangan tersebut masih cukup baik.

Begitu pun untuk bahan pangan yang didatangkan dari luar daerah, sejauh ini juga pasokannya lancar dan tidak menimbulkan gejolak ketersediaan di Pekanbaru.

”Ya, kita paham, perubahan cuaca secara ekstrem pasti membawa dampak signifikan terhadap sektor-sektor produksi, seperti halnya pertanian. Namun, sejauh yang kita pantau secara harian di Kota Pekanbaru, kondisinya masih aman, belum ada laporan kelangkaan maupun fluktuasi harga,” jelas Maisisco.

Situasi ini, dijelaskan Maisisco juga tidak terlepas dari upaya koordinasi dan sinergi yng terus dilakukan dalam uapaya tetap memastikan ketersediaan bahan pangan di Kota Pekanbaru.

”Seperti halnya cabai, bawang, kita kan memang mengandalkan pasokan dari luar daerah seperti Sumbar, Sumut, Aceh, bahkan kabupaten dan kota di luar Pekanbaru, seperti Kota Dumai,” jelas Maisisco.

”Begitu terjadi kenaikan harga seperti yang terjadi periode akhir 2023 lalu, kita langsung berkoordinasi dengan daerah-daerah penghasil itu. Kebetulan memang kita ada kesepakatan, sehingga, suplai tidak sampai putus, atau harga tidak sampai melonjak terlalu lama.Untuk cabai, misalnya, begitu harga di Pekanbaru naik, kita langsung melakukan pengecekan ke sentra produksi terkait penyebab kenaikan dan produksi. Kalau kendalanya adalah produksi, maka kita mencari ke daerah-daerah lain di sekitar,” kata dia.

Karena itulah, sebut Maisisco, ketika harga cabai melonjak kala itu, DKP melalui Gerakan Pangan Murah (GPM) bisa mengintervensi pasar dengan mendatangkan cabai dari daerah lain. Jadi ketika itu, kita dalam beberapa pekan bisa menekan kenaikan harga dari Rp80.000 per kilogram menjadi normal di Rp50.000 per kilogram.

Begitu pun, Maisisco menjelaskan, inti dari pelaksanaan GPM bukan untuk menekan harga dari petani secara semena-mena.

”Intervensi terhadap harga melalui GPM yang dilakukan ini, lebih kepada upaya menciptakan titik keseimbangan, sehingga tetap mampu mempertahankan stabilitas harga yang bisa memicu terjadinya inflasi. Kita juga tak ingin karena kebijakan kita petani merugi. Karena itulah, peran Dinas Ketahanan Pangan adalah untuk menciptakan situasi pasar yang kondusif, warga tetap bisa membeli, petani tetap mendapatkan untung,” jelas Maisisco.

Langkah-langkah yang sama juga dilakukan untuk komoditas lainnya seperti beras, gula, minyak goreng.

”Untuk beras kita berkoordinasi bersama bulog. Untuk gula dan minyak goreng, kita berkoordinasi dengan distributor. Alhamdulillah, sejauh ini, meskipun terjadi perubahan cuaca ekstrem yng menyebabkan banjir di beberapa daerah sentra produksi, maupun di Provinsi Riau, namun harga masih tetap terjaga stabilitasnya,” kata dia.