BM1A.com – Anggota Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun menegaskan kondisi perekonomian Indonesia saat ini telah memasuki masa resesi atau kemerosotan ekonomi.
Karenanya, dia menyarankan agar itu, langkah dan strategi kebijakan pemerintah bukan lagi pada tahap antisipasi melainkan kebijakan yang mengarah pada upaya perbaikan.
“Kalau belum datang (resesi ekonomi) kita mengantisipasi, tapi kalau sudah datang, sudah kita hadapi saat ini dan berada di tengah-tengah kehidupan kita. Bagaimana kita kemudian menghadapinya, menemukan caranya dan menavigasi caranya,” ucap Misbkahun dalam diskusi Dialektika Demokrasi bertema ‘Ancaman Resesi Ekonomi dan Solusinya’ di Gedung DPR, Jakarta, Kamis 6 Agustus 2020.
Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar ini menjelaskan resesi secara teknikal sudah dialami, karena pada quarter to order sejak Q (quarter/kuartal) yaitu tahapan perkembangan ekonomi yang dihitung per tiga bulan sekali atau seperempat tahun, hingga Q keempat 2019, perekonomian Indonesia sudah dalam posisi negatif.
“Q ke-dua, Q ke-empat negatif, Q pertama juga sudah negatif. Jadi secara teknikal quarter to quarter (Q to Q) itu kita sudah dalam posisi negatif,” imbuhnya.
Menurut Misbakhun, yang perlu dipetakan sekarang ini adalah apakah yang selama ini dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mengantisipasi permasalahan krisis ekonomi ini sudah memadai dan perlu ditingkatkan.
Secara umum ia menilai kebijakan pemerintah dalam menghadapi ancaman resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19 sudah on the track, hanya perlu perbaikan.
“Contohnya, persoalan mendasar masyarakat yaitu konsumsi rumah tangga. “Konsumsi rumah tangga itu mengalami konstraksi 5,51 persen,” sebutnya.
Sedangkan Direktur Core Riset Indonesia, Peiter Abdullah tidak memungkiri Indonesia telah memasuki masa resesi.
Pieter berpendapat bahwa Indonesia secara definisi dengan pertumbuhan ekonomi yang negatif tersebut sudah memasuki resesi.
Tapi, ia menegaskan esensi persoalannya bukanlah pada terjadinya resesi atau bukan sebab ia meyakini semua negara juga mengalami kondisi serupa dengan Indonesia akibat pandemi Covid-19 ini.
“Resesi sekarang ini merupakan sebuah kenormalan baru dalam keseharian penduduk dunia. Jadi, resesi ini sebuah kenormalan baru baik yang teknikal maupun yang sesungguhnya, dan kita tak perlu panik,” tegasnya. [R2]
Komentar